Berhubung sekarang masih dalam suasana kehangatan menyambut tahun
baru , maka gue bakal menulis postingan ini dengan penuh semangat baru sambil
menyalakan petasan Kupu - kupu. Mari
kita membuka lembaran baru, berdoa agar tahun ini lebih baik dari tahun lalu, mulai senin hingga minggu jangan biarkan
berakhir menjadi tahun kelabu . Seperti biasa tulisan gue ini masih satu
‘spesies’ dengan postingan sebelum - sebelumnya. Yap masih seputaran masalah
sosial yang terjadi di wilayah Negara gue. Ngomongin masalah sosial memang tak
ada habis - habisnya, jikalau manusia sang pembuat masalah masih ‘ada’ di
belantara dunia ini. Ya, kalau ga ada manusia, ya ga bakal ada kehidupan. Begitupun masalah sosial,
kalau ga ada masalah sosial ya ga bakal ada maknanya arti kehidupan ini.
Sudahlah, seperti yang gue bilang dari awal ga bakal ada habisnya ngomongin
masalah seperti ini. To the point...
inilah satu masalah yang jadi pokok curhatan gue kali ini. Cekidot!!!
Jumat, 23/11/2012 21:32 WIB
Banjir Setinggi 30-100 Cm Masih Genangi 7 Titik di Jakarta Malam Ini
Jakarta - Sejumlah kawasan di DKI Jakarta digenangi banjir akibat hujan dan meluapnya sungai-sungai. Dalam data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga malam ini masih ada 7 titik banjir di wilayah ibukota.
"Sampai malam ini, ada 7 titik yang masih banjir," ujar petugas dari Pusat Data, Informasi dan Operasional BPBD DKI Jakarta, Fahzy kepada detikcom, Jumat (23/11/2012).
Fahzy menjelaskan 7 titik tersebut terdiri dari 5 titik yang sudah dilanda banjir sejak kemarin dan 2 titik baru yang terjadi hari ini.
Dua titik banjir baru yang terjadi hari ini berada di wilayah Jakarta Timur, yakni di Kelurahan Pekayon dan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo.
Untuk di Kelurahan Pekayon, daerah yang dilanda banjir adalah RW 2 RT 7 dengan ketinggian air 10-50 cm, RW 4 RT 1 dan 5 dengan ketinggian air 30 cm sampai 1 meter, RW 7 RT 10 dengan ketinggian 80 cm, dan RW 9 RT 8 tinggi air 30 cm.
Sedangkan untuk di Kelurahan Kalisari banjir melanda RW 3 RT 13, RW 13 RT 13, dan RW 11 RT 07 dan 8 dengan ketinggian air yang sama 1,5 meter.
"Dua wilayah itu banjir mulai pukul 19.00 WIB tadi karena air kali meluap. Kalau yang di Kalisari, karena tanggul Kalisari jebol," ujar Fahzy.
Sementara untuk 5 titik lainnya, sampai saat ini masih digenangi banjir mulai dari 30 cm sampai 1 meter. Kelima titik tersebut adalah Bukit Duri, Pejaten, Cipulir, Bintaro di Jakarta Selatan, dan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk di Jakarta Barat.
(*Sumber :
http://news.detik.com/read/2012/11/23/213206/2099927/10/banjir-setinggi-30-100-cm-masih-genangi-7-titik-di-jakarta-malam-ini)
Banjir banjir banjir. Berita di atas memang sudah tak asing lagi
didengar bagi warga Indonesia, tak
terkecuali warga Jakarta. Jadi jangan heran bila setiap tahun selalu dihiasi dengan berita tersebut. Yap, sesuai judul, kali ini gue bakal membahas
tentang masalah banjir yang kerap kali terjadi di Ibu kota negara kita, DKI Jakarta. Setiap tahun berganti tahun demi tahun
banjir, banjir, dan banjir selalu menimpa Jakarta, rasanya kurang afdol bila tak
mendengar berita Jakarta tak terkena banjir.
Banjir seperti tak bisa
dilepaskan dari Jakarta, bagaimana tidak dari zamannya doraemon belum mengenal nobita hingga nobita
mempunyai cucu dan tamat (sekarang) banjir masih setia dengan Jakarta. Mungkin
inikah yang dinamakan jodoh abadi ? Mungkin.
Tak ayal warga Jakarta seperti sudah terbiasa dengan masalah yang
satu ini. Banjir dijadikannya bak hiburan waterboom
gratis oleh anak - anak di jakarta. Selain
melatih teknik gaya renang kupu - kupu juga diklaim mampu meningkatkan kualitas renang
sang bocah - bocah tersebut. Aneh memang banjir yang menimpa Jakarta, baik
turun hujan ataupun tidak tetap saja tergenang air. Yap, itu semua tidak
terlepas dari daerah geografis Jakarta itu sendiri yang berada di sedikit
dibawah permukaan laut, dibanding daerah - daerah sekitarnya Jakarta lah yang
terendah. Jadi bila hujan turun di bogor katakanlah 3 hari berturut - turut,
maka Jakarta yang justru tidak hujan sama sekali malah mengalami banjir.
Ironman menangis, Ironis . Akibatnya kali - kali di daerah Jakarta menjadi meluap
akibat kiriman yang dihasilkan dari hujan di bogor tersebut.
Jadi mau
pemimpin nya superman - batman sekalipun ga bakal masalah banjir ini sukses terealisasikan
kalau ga di dukung rakyatnya. Memang sih dari awal Jakarta memang sudah salah,
salah dalam hal pembangunannya, bisa dilihat dari pembangunannya yang tidak
merata yang mengakibatkan kurangnya resapan air. Atmosfernya nya sendiri sudah sangat sesak
dengan banyaknya gedung - gedung pencakar langit, asap - asap kendaraan yang
terjebak kemacetan pagi - siang - malam,
tumpukan sampah dimana - mana dan minimnya ruang terbuka hijau. Bisa dibilang
daerah ibu kota sudah tak sehat lagi. Dan berikut inilah rangkuman gue mengenai
penyebab masalah banjir di DKI Jakarta.
1. Luapan Air Sungai / Kali
Beberapa
sungai di Jakarta terbilang cukup lebar dan kedalamannya tidak berubah seperti
salah satunya sungai ciliwung, namun yang jadi masalah di sekitaran sungai
tersebut terjadi peningkatan jumlah
penduduk yang sangat signifikan yang menyebabkan ketidakmampuan sungai untuk
menampung secara keseluruhan air buangan, air hujan dan bahkan sampah yang
masuk ke dalamnya. Kemudian jika air sudah penuh, maka air akan menggenangi
pinggiran sungai dan daerah rendah lainnya. Jika ini terjadi maka tamatlah
alias banjir pun datang.
2. Kurangnya Resapan Air
Bagaimana
tidak terjadi banjir, kalau gedung - gedung pencakar langit masih terus
membooming dalam pembangunan di Jakarta. Yang mana menyebabkan jumlah luas lahan terbuka hijau dan tanah
kosong berkurang drastis , dimana menyebabkan air hujan yang turun akan langsung meluncur
dengan cepat ke selokan, sungai dan akhirnya ke laut. Jika air yang meluncur
tersebut sangat banyak volumenya, maka otomatis tidak akan tertampung di saluran
air yang ada. Alhasil air yang tidak dapat ditampung oleh saluran pembuangan
air tersebut akan tergenang bebas. Jika ini terjadi maka tamatlah alias banjir
pun akan datang.
3. Maraknya ‘Hobi’ membuang sampah ke
sungai
Ntahlah
dari mana hobi seperti ini datang, mereka lebih suka melempar, menendang,
mengoper sampah ke sungai padahal gawang yang seharusnya jadi sasaran adalah
tong sampah terdekat. Tidak heran setiap kali kita melewati sungai pasti yang
kita temukan bukan sederet ikan sapu - sapu melainkan tumpukan sampah - sampah
yang disapu warga sekitar ke sungai. Tragis. Memang sulit menghilangkan budaya
keji seperti ini, dibanding menghilangkan budaya mengupil ditempat umum. Mereka
malu mengupil ditempat umum, tetapi tidak malu membuang ‘upil’ ditempat yang
tidak sewajarnya, seperti di sungai. Sudah jelas dampaknya akan dirasa mereka
sendiri. Akibatnya aliran sungai terhambat, terjadi pendangkalan, kesehatan
masyrakat pun bisa jadi imbasnya. Kalau sudah seperti ini ya tamatlah alias
banjir akan datang.
4. Curah Hujan Yang Lama
Kalau yang ini bisa dibilang murni bukan
kesalahan manusianya, bukan juga kesalahan tuhan sang maha pencipta hujan. Tetapi
jika kondisi seperti ini terjadi dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang
panjang , maka bisa dipastikan mengakibatkan suatu daerah yang tidak biasa terkena
banjir menjadi banjir jikalau tidak sigap menghadapi kuantitas air yang tidak
wajar di luar kebiasaan normalnya. Kalau sudah seperti ini maka tamatlah banjir
pun datang.
5.
Saluran Air Mampet
Kondisi yang memprihatinkan, dimana jika got,
selokan, comberan, parit dan atau tempat lintasan tikus bermain nascar rumble lainnya
mampet karena sampah, maka aliran air akan terhambat, dengan begitu air yang
tidak bisa menembus deretan sampah tersebut akan meluap dan menggenangi di
sekitar saluran air tersebut. Oleh sebab itu disini sangat perlu dibutuhkan
kesadaran masyarakat yang tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan di
mana pun berada. Kalau bisa tiap
seminggu sekali bersihkanlah saluran air depan rumah agar aliran air pun
menjadi lancar. Jangan hanya membersihkan saluran pencernaan di dalam tubuh saja
tapi juga pikirkan saluran yang ada di sekitar,
kalau mampet siapa yang terkena dampaknya kalau bukan orang yang berada
disekitarnya. Kalau sudah seperti ini ya tamatlah, banjir pun datang dengan
cepat tak mengenal mampet.
Lalu siapakah yang bertanggung jawab akan hal
ini? Superman - Batman ? Pak Jokowi -
Ahok? Lebih tepatnya semua rakyat yang berada di daerah DKI Jakarta tersebut.
Bahkan juga semua warga Indonesia. Kita tahu banjir ini mutlak bukan
semata - semata bencana alam murni tetapi
juga ulah dari manusianya sendiri. Dan juga kita tahu banjir tak hanya terjadi
di Jakarta tapi juga hampir seluruh daerah Indonesia, tapi untungnya tak lama
seperti yang dialami ibu kota Negara nya. Tapi bisa saja daerah lain pun
merasakan seperti yang dirasakan Jakarta selama bertahun- tahun ini karena ulah
manusia nya. Manusia yang kurang akan kesadaran menjaga lingkungannya. Merekalah,
termasuk gue juga (jleb) yang harus bertanggung jawab akan masalah bencana
banjir ini. Semua nya harus lebih ditegaskan mengenai pentingnya merawat
lingkungan. Mulai dari membuang sampah di tempatnya, menanam tumbuhan hijau
segar dipekarangan rumah, Ikut gotong - royong guna membersihkan lingkungan
sekitar, ikut berpartisipasi penanaman sejuta pohon yang biasa diselenggarakan
pihak pemda, membuat lapak pembuangan sampah disekitar rumah, meningkatkan
kesadaran bahwa kebersihan sebagian dari iman, memberi saran anak agar jangan
berdoa minta ‘waterboom’ gratis karena biasa doa anak gampang terkabul. Seribu
langkah yang panjang dimulai dari Satu langkah yang kecil, simple kan.
Selain
itu juga banjir bisa menyebabkan seluruh aktivitas warga di kota Jakarta ‘lumpuh’ alias menjadi terhambat, dari mulai anak-anak
sekolah, bahkan sampai ke karyawan. Seperti banyak sekolah yang diliburkan
karena tergenang banjir. Mungkin banjir
ingin merasakan betapa sulitnya mengerjakan soal matematika. Ya semoga saja di
tahun yang baru ini, banjir bercerai dengan Jakarta seperti yang terjadi pada
artis - artis nya yang berlomba cerai dengan pasangannya di tahun sebelumnya. Oleh karena itu mari kita buat agar banjir ilfeel terhadap Jakarta, dengan Apa? Ya
seperti yang udah gue jelasin dari awal “Menjaga Lingkungan”. Itu adalah cara yang paling tepat dalam mengatasi masalah banjir, karena dengan menjaga lingkungan sudah mencakup semua program dalam memberantas banjir, seperti di bawah ini :
Karena sejujurnya banjir tak akan datang bila lingkungan kita bersih, indah, rapih, dan segar. ~
- Menambah dan memperluas gorong - gorong
- Menambah tempat sebagai resapan air
- Memperbanyak dan memperluas ruang terbuka hijau
- Menggagas Proyek pendalaman sungai
- Memelihara hutan
- Mengubah prilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai hobi pemancingan sampah (memancing pakai sampah)
Karena sejujurnya banjir tak akan datang bila lingkungan kita bersih, indah, rapih, dan segar. ~