Sabtu, 05 Januari 2013 Comments

Catatan : Jakarta - Banjir, banjir, banjir


Berhubung sekarang  masih dalam suasana kehangatan menyambut tahun baru , maka gue bakal menulis postingan ini dengan penuh semangat baru sambil menyalakan  petasan Kupu - kupu. Mari kita membuka lembaran baru,  berdoa agar  tahun ini lebih baik dari tahun lalu,  mulai senin hingga minggu jangan biarkan berakhir menjadi  tahun kelabu . Seperti biasa tulisan gue ini masih satu ‘spesies’ dengan postingan sebelum - sebelumnya. Yap masih seputaran masalah sosial yang terjadi di wilayah Negara gue. Ngomongin masalah sosial memang tak ada habis - habisnya, jikalau manusia sang pembuat masalah masih ‘ada’ di belantara dunia ini. Ya, kalau ga ada manusia, ya ga  bakal ada kehidupan. Begitupun masalah sosial, kalau ga ada masalah sosial ya ga bakal ada maknanya arti kehidupan ini. Sudahlah, seperti yang gue bilang dari awal ga bakal ada habisnya ngomongin masalah seperti ini.  To the point... inilah satu masalah yang jadi pokok curhatan gue kali ini. Cekidot!!!







Jumat, 23/11/2012 21:32 WIB

Banjir Setinggi 30-100 Cm Masih Genangi 7 Titik di Jakarta Malam Ini

Ramdhan Muhaimin - detikNews

Jakarta - Sejumlah kawasan di DKI Jakarta digenangi banjir akibat hujan dan meluapnya sungai-sungai. Dalam data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, hingga malam ini masih ada 7 titik banjir di wilayah ibukota.

"Sampai malam ini, ada 7 titik yang masih banjir," ujar petugas dari Pusat Data, Informasi dan Operasional BPBD DKI Jakarta, Fahzy kepada detikcom, Jumat (23/11/2012).

Fahzy menjelaskan 7 titik tersebut terdiri dari 5 titik yang sudah dilanda banjir sejak kemarin dan 2 titik baru yang terjadi hari ini.

Dua titik banjir baru yang terjadi hari ini berada di wilayah Jakarta Timur, yakni di Kelurahan Pekayon dan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo.

Untuk di Kelurahan Pekayon, daerah yang dilanda banjir adalah RW 2 RT 7 dengan ketinggian air 10-50 cm, RW 4 RT 1 dan 5 dengan ketinggian air 30 cm sampai 1 meter, RW 7 RT 10 dengan ketinggian 80 cm, dan RW 9 RT 8 tinggi air 30 cm.

Sedangkan untuk di Kelurahan Kalisari banjir melanda RW 3 RT 13, RW 13 RT 13, dan RW 11 RT 07 dan 8 dengan ketinggian air yang sama 1,5 meter.

"Dua wilayah itu banjir mulai pukul 19.00 WIB tadi karena air kali meluap. Kalau yang di Kalisari, karena tanggul Kalisari jebol," ujar Fahzy.

Sementara untuk 5 titik lainnya, sampai saat ini masih digenangi banjir mulai dari 30 cm sampai 1 meter. Kelima titik tersebut adalah Bukit Duri, Pejaten, Cipulir, Bintaro di Jakarta Selatan, dan Sukabumi Selatan Kecamatan Kebon Jeruk di Jakarta Barat.

(*Sumber : http://news.detik.com/read/2012/11/23/213206/2099927/10/banjir-setinggi-30-100-cm-masih-genangi-7-titik-di-jakarta-malam-ini)

Banjir banjir banjir.  Berita di atas memang sudah tak asing lagi didengar bagi warga Indonesia,  tak terkecuali warga Jakarta. Jadi jangan heran bila setiap tahun  selalu dihiasi dengan berita tersebut.  Yap, sesuai judul, kali ini gue bakal membahas tentang masalah banjir yang kerap kali terjadi di Ibu kota negara kita, DKI Jakarta.  Setiap tahun berganti tahun demi tahun banjir, banjir, dan banjir selalu menimpa Jakarta, rasanya kurang afdol bila tak mendengar berita Jakarta tak terkena banjir.  Banjir  seperti tak bisa dilepaskan dari Jakarta, bagaimana tidak dari zamannya  doraemon belum mengenal nobita hingga nobita mempunyai cucu dan tamat (sekarang) banjir masih setia dengan Jakarta. Mungkin inikah yang dinamakan jodoh abadi ? Mungkin. 




Tak ayal warga Jakarta  seperti sudah terbiasa dengan masalah yang satu ini. Banjir dijadikannya bak hiburan waterboom gratis oleh anak - anak di jakarta. Selain  melatih teknik gaya renang kupu - kupu juga  diklaim mampu meningkatkan kualitas renang sang bocah - bocah tersebut. Aneh memang banjir yang menimpa Jakarta, baik turun hujan ataupun tidak tetap saja tergenang air. Yap, itu semua tidak terlepas dari daerah geografis Jakarta itu sendiri yang berada di sedikit dibawah permukaan laut, dibanding daerah - daerah sekitarnya Jakarta lah yang terendah. Jadi bila hujan turun di bogor katakanlah 3 hari berturut - turut, maka Jakarta yang justru tidak hujan sama sekali malah mengalami banjir. Ironman menangis, Ironis .  Akibatnya  kali - kali di daerah Jakarta menjadi meluap akibat kiriman yang dihasilkan dari hujan  di bogor tersebut.







Kasihan memang melihat tragisnya kondisi Jakarta, kota yang justru mengemban tugas sebagai ibu kota Negara yang merupakan citra Negara dan barometer ekonomi tersebut harus mengalami masalah seperti itu. Belum lagi kelar mengatasi masalah kepadatan penduduk, kemacetan, dan juga kriminalitas  diperparah lagi dengan banjir. Memang baru - baru ini Jakarta tengah berbahagia menyambut gubernur baru yaitu pasangan Jokowi - ahok yang terkenal dekat dengan rakyat nya tapi apa daya kebahagiaan tersebut perlahan sirna karena kedatangan banjir setelahnya.  Sebetulnya masalah banjir ini dapat dikategorikan juga sebagai bencana alam murni. Tetapi melihat polah tingkah warga Jakarta seakan - akan merujuk menjadi masalah sosial. Masalah yang disebabkan warganya sendiri. Yang lain tak bukan ialah kurangnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.  




Jadi mau pemimpin nya superman - batman sekalipun ga bakal masalah banjir ini sukses terealisasikan kalau ga di dukung rakyatnya. Memang sih dari awal Jakarta memang sudah salah, salah dalam hal pembangunannya, bisa dilihat dari pembangunannya yang tidak merata yang mengakibatkan kurangnya resapan air.  Atmosfernya nya sendiri sudah sangat sesak dengan banyaknya gedung - gedung pencakar langit, asap - asap kendaraan yang terjebak kemacetan pagi  - siang - malam, tumpukan sampah dimana - mana dan minimnya ruang terbuka hijau. Bisa dibilang daerah ibu kota sudah tak sehat lagi. Dan berikut inilah rangkuman gue mengenai penyebab masalah banjir di DKI Jakarta.

 1.      Luapan Air Sungai / Kali

Beberapa sungai di Jakarta terbilang cukup lebar dan kedalamannya tidak berubah seperti salah satunya sungai ciliwung, namun yang jadi masalah di sekitaran sungai tersebut  terjadi peningkatan jumlah penduduk yang sangat signifikan yang menyebabkan ketidakmampuan sungai untuk menampung secara keseluruhan air buangan, air hujan dan bahkan sampah yang masuk ke dalamnya. Kemudian jika air sudah penuh, maka air akan menggenangi pinggiran sungai dan daerah rendah lainnya. Jika ini terjadi maka tamatlah alias banjir pun datang.





 2.      Kurangnya Resapan Air

Bagaimana tidak terjadi banjir, kalau gedung - gedung pencakar langit masih terus membooming dalam pembangunan di Jakarta. Yang mana menyebabkan  jumlah luas lahan terbuka hijau dan tanah kosong berkurang drastis , dimana menyebabkan  air hujan yang turun akan langsung meluncur dengan cepat ke selokan, sungai dan akhirnya ke laut. Jika air yang meluncur tersebut sangat banyak volumenya, maka otomatis tidak akan tertampung di saluran air yang ada. Alhasil air yang tidak dapat ditampung oleh saluran pembuangan air tersebut akan tergenang bebas. Jika ini terjadi maka tamatlah alias banjir pun akan datang.

 3.      Maraknya ‘Hobi’ membuang sampah ke sungai

Ntahlah dari mana hobi seperti ini datang, mereka lebih suka melempar, menendang, mengoper sampah ke sungai padahal gawang yang seharusnya jadi sasaran adalah tong sampah terdekat. Tidak heran setiap kali kita melewati sungai pasti yang kita temukan bukan sederet ikan sapu - sapu melainkan tumpukan sampah - sampah yang disapu warga sekitar ke sungai. Tragis. Memang sulit menghilangkan budaya keji seperti ini, dibanding menghilangkan budaya mengupil ditempat umum. Mereka malu mengupil ditempat umum, tetapi tidak malu membuang ‘upil’ ditempat yang tidak sewajarnya, seperti di sungai. Sudah jelas dampaknya akan dirasa mereka sendiri. Akibatnya aliran sungai terhambat, terjadi pendangkalan, kesehatan masyrakat pun bisa jadi imbasnya. Kalau sudah seperti ini ya tamatlah alias banjir akan datang.



 4.      Curah Hujan Yang Lama

Kalau yang ini bisa dibilang murni bukan kesalahan manusianya, bukan juga kesalahan tuhan sang maha pencipta hujan. Tetapi jika kondisi seperti ini terjadi dengan intensitas yang tinggi dalam waktu yang panjang , maka bisa dipastikan mengakibatkan suatu daerah yang tidak biasa terkena banjir menjadi banjir jikalau tidak sigap menghadapi kuantitas air yang tidak wajar di luar kebiasaan normalnya. Kalau sudah seperti ini maka tamatlah banjir pun datang.

  5.      Saluran Air Mampet

Kondisi yang memprihatinkan, dimana jika got, selokan, comberan, parit dan atau tempat lintasan tikus bermain nascar rumble lainnya mampet karena sampah, maka aliran air akan terhambat, dengan begitu air yang tidak bisa menembus deretan sampah tersebut akan meluap dan menggenangi di sekitar saluran air tersebut. Oleh sebab itu disini sangat perlu dibutuhkan kesadaran masyarakat yang tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan di mana pun berada.  Kalau bisa tiap seminggu sekali bersihkanlah saluran air depan rumah agar aliran air pun menjadi lancar. Jangan hanya membersihkan saluran pencernaan di dalam tubuh saja  tapi juga pikirkan saluran yang ada di sekitar, kalau mampet siapa yang terkena dampaknya kalau bukan orang yang berada disekitarnya. Kalau sudah seperti ini ya tamatlah, banjir pun datang dengan cepat tak mengenal mampet.




Lalu siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini? Superman - Batman ?  Pak Jokowi - Ahok? Lebih tepatnya semua rakyat yang berada di daerah DKI Jakarta tersebut. Bahkan juga semua warga Indonesia. Kita tahu banjir ini mutlak bukan semata  - semata bencana alam murni tetapi juga ulah dari manusianya sendiri. Dan juga kita tahu banjir tak hanya terjadi di Jakarta tapi juga hampir seluruh daerah Indonesia, tapi untungnya tak lama seperti yang dialami ibu kota Negara nya. Tapi bisa saja daerah lain pun merasakan seperti yang dirasakan Jakarta selama bertahun- tahun ini karena ulah manusia nya. Manusia yang kurang akan kesadaran menjaga lingkungannya. Merekalah, termasuk gue juga (jleb) yang harus bertanggung jawab akan masalah bencana banjir ini. Semua nya harus lebih ditegaskan mengenai pentingnya merawat lingkungan. Mulai dari membuang sampah di tempatnya, menanam tumbuhan hijau segar dipekarangan rumah, Ikut gotong - royong guna membersihkan lingkungan sekitar, ikut berpartisipasi penanaman sejuta pohon yang biasa diselenggarakan pihak pemda, membuat lapak pembuangan sampah disekitar rumah, meningkatkan kesadaran bahwa kebersihan sebagian dari iman, memberi saran anak agar jangan berdoa minta ‘waterboom’ gratis karena biasa doa anak gampang terkabul. Seribu langkah yang panjang dimulai dari Satu langkah yang kecil, simple kan.





 Selain itu juga banjir bisa menyebabkan seluruh aktivitas warga di kota Jakarta ‘lumpuh’  alias menjadi terhambat, dari mulai anak-anak sekolah, bahkan sampai ke karyawan. Seperti banyak sekolah yang diliburkan karena tergenang banjir.  Mungkin banjir ingin merasakan betapa sulitnya mengerjakan soal matematika. Ya semoga saja di tahun yang baru ini, banjir bercerai dengan Jakarta seperti yang terjadi pada artis - artis nya yang berlomba cerai dengan pasangannya di tahun sebelumnya.  Oleh karena itu mari kita buat agar banjir ilfeel terhadap Jakarta, dengan Apa? Ya seperti yang udah gue jelasin dari awal “Menjaga Lingkungan”. Itu adalah cara yang paling tepat dalam mengatasi masalah banjir, karena dengan menjaga lingkungan sudah mencakup semua program dalam memberantas banjir, seperti di bawah ini : 

  1.  Menambah dan memperluas gorong - gorong
  2.  Menambah tempat sebagai resapan air 
  3.  Memperbanyak dan memperluas ruang terbuka hijau 
  4.  Menggagas Proyek pendalaman sungai 
  5.  Memelihara hutan
  6.  Mengubah prilaku masyarakat agar tidak lagi menjadikan sungai sebagai hobi pemancingan sampah       (memancing pakai sampah)

 Karena sejujurnya banjir tak akan datang bila lingkungan kita bersih, indah, rapih, dan segar. ~




       
readmore »»  
 
;